Senin, 09 Januari 2012

BUDAYA TAYUB TAK LEKANG OLEH WAKTU

Pandangan Dunia Tentang Musik Tayub
Pada era 80-an hingga 90-an , tayub menjadi pusat perhatian dalam komunitas Jawa. Padahal, dulu tayub disebut sebut sebagai “seni pinggiran”, dan “kampungan”. Tayub disebut “kampungan”, karena pergelaran tayub biasanya ditampilkan di kampung-kampung yang jauh dari suasana tata cara keraton. Yang biasanya, menunjuk perilaku yang tidak sopan, saru, kasar, erotic, dan urakan.

Wajah Pergelaran Musik Tayub.
Tayub adalah salah satu seni pertunjukan rakyat Jawa yang berujud tari berpasangan antara Ronggeng dan Pengibing. Acara tayuban biasanya diawali dengan penari wanita. Gendhing yang dialunkan pesinden acapkali terasa kuno, biasanya yang digunakan adalah lagu-lagu langgam campursari dan dangdut.
Hingga saat ini, Tayub masih digunakan di beberapa daerah baik di Jateng, maupun di daerah DIY Yogyakarta. Sedangkan untuk didaerah Jateng, biasanya yang masih membudidayakan Tayub yakni di daerah Sragen, Grobongan, Purwodadi, Blora, Pati, Jepara, dan Wonogiri.

Fungsi Tayub:
1.Upacara Pubertas
2. Upacara Inisiasi
3.Percintaan
4.Persahabatan
5. Upacara Kematian
6.Upacara Kesuburan
7.Upacara Perburuan
8.Upacara Perkawinan
9. Pekerjaan
10.Perang
11.Lawakan
12.Perbincangan
13.Tontonan
14.Pengobatan

Tayub sendiri bersifat sangat sakral, dan profan/ yang religious.

Pergeseran Tayub.
Tayub kini telah berubah fungsinya dari yang bersifat sacral-religius, ke profan-sekuler. Kini pergelaran Tayub lebih sebagai seni hiburan, tari pergelaran, dan tontonan.Tayub sebagai budaya jaman dulu tak kunjung redup. Hingga sekarang pun masih tetap saja dipertahankan dan tidak akan lekang oleh waktu. Walau sudah berbeda fungsi, namun masyarakat Indonesia pun sampai sekarang masih melestarikannya. Meskipun kesenian ini tidak bisa dijadikan tumpuan hidup, ternyata perkembangan kesenian ini tidak akan mati.  (Farida)