Pandangan Dunia Tentang Musik Tayub
Pada era 80-an hingga 90-an , tayub menjadi pusat perhatian
dalam komunitas Jawa. Padahal, dulu tayub disebut sebut sebagai “seni
pinggiran”, dan “kampungan”. Tayub disebut “kampungan”, karena
pergelaran tayub biasanya ditampilkan di kampung-kampung yang jauh dari
suasana tata cara keraton. Yang biasanya, menunjuk perilaku yang tidak
sopan, saru, kasar, erotic, dan urakan.
Wajah Pergelaran Musik Tayub.
Tayub adalah salah satu seni pertunjukan rakyat Jawa yang berujud
tari berpasangan antara Ronggeng dan Pengibing. Acara tayuban biasanya
diawali dengan penari wanita. Gendhing yang dialunkan pesinden acapkali
terasa kuno, biasanya yang digunakan adalah lagu-lagu langgam
campursari dan dangdut.
Hingga saat ini, Tayub masih digunakan di beberapa daerah baik di
Jateng, maupun di daerah DIY Yogyakarta. Sedangkan untuk didaerah Jateng,
biasanya yang masih membudidayakan Tayub yakni di daerah Sragen,
Grobongan, Purwodadi, Blora, Pati, Jepara, dan Wonogiri.
Fungsi Tayub:
1.Upacara Pubertas
2. Upacara Inisiasi
3.Percintaan
4.Persahabatan
5. Upacara Kematian
6.Upacara Kesuburan
7.Upacara Perburuan
8.Upacara Perkawinan
9. Pekerjaan
10.Perang
11.Lawakan
12.Perbincangan
13.Tontonan
14.Pengobatan
Tayub sendiri bersifat sangat sakral, dan profan/ yang religious.
Pergeseran Tayub.
Tayub kini telah berubah fungsinya dari yang bersifat
sacral-religius, ke profan-sekuler. Kini pergelaran Tayub lebih sebagai
seni hiburan, tari pergelaran, dan tontonan.Tayub sebagai budaya jaman dulu tak kunjung redup. Hingga sekarang pun masih tetap saja dipertahankan dan tidak akan lekang oleh waktu. Walau sudah berbeda fungsi, namun masyarakat Indonesia pun sampai sekarang masih melestarikannya. Meskipun kesenian ini tidak bisa dijadikan tumpuan hidup, ternyata perkembangan kesenian ini tidak akan mati. (Farida)
Langganan:
Postingan (Atom)