Kamis, 10 Mei 2012

CONTOH 7 TEHNIK PROPAGANDA


1. Name-calling
Teknik ini menggunakan kata-kata yang menghubungkan seseorang atau ide dengan konsep yang negatif. Tujuannya untuk membuat orang menolak sesuatu karena asosiasi negatif yang melekat pada orang atau ide tersebut tanpa melihat kenyataannya.
Contoh:
pada pemilu presiden tahun 2009, pasangan SBY-Boediono mendapat label "neo-liberalisme" dari lawan-lawan politiknya dan pada waktu itu istilah ini sering disebut-sebut di media dan menjadi perbincangan hangat bagi publik. Begitu juga propaganda pada masa Orde Baru dimana pengikut Komunis diberi label "atheis" dan pada akhirnya menimbulkan sikap anti-pati terhadap mereka, karena mayoritas orang Indonesia adalah orang-orang yang beragama.
2. Glittering Generalities
Kebalikan dari name-calling, taktik ini menggunakan highly valued concepts dan beliefs yang membuat audien merasa positif dan mengundang tepuk tangan meriah bila di-orasikan di depan massa. Kata-kata yang digunakan biasanya bermakna rancu, namun atraktif seperti ; ‘Freedom’, ‘Honor’, ‘Love’. Arti kata tersebut bisa berbeda untuk tiap pendengar, namun teknik ini dapat berfungsi karena secara umum mempunyai konotasi positif.
Contoh:
Presiden George W Bush pernah mendeklarasikan istilah "New World Order". Ini merupakan teknik Glittering Generality, karena Bush sendiri tidak menjelaskan secara lebih terperinci apa itu new world order. AKhirnya menimbulkan spekulasi bahwa itu tak lebih sebuah propaganda dan nama lain dari superioritas politik untuk mendominasi dunia. Istilah lain yang pernah digunakan adalah freedom dan democracy.
3. Transfer
Ini adalah teknik yang digunakan oleh pelaku propaganda untuk “memindahkan” otoritas dan penerimaan atas sesuatu yang anda hormati atau puja menjadi sesuatu yang ingin anda miliki. Cara yang digunakan yaitu dengan memproyeksikan sifat-sifat entitas, orang, atau simbol ke dalam wujud lainnya melalui asosiasi/penghubungan visual atau mental. Hal ini menstimulasi penerima pesan/resipien untuk mengidentifikasikan dirinya dengan otoritas tersebut.
Contoh:
Di Indonesia kita bisa melihat bagaimana Megawati menggunakan gambar ayahnya, Soekarno, dalam beberapa poster, spanduk, dan baliho miliknya. Disini dia mencoba mengasosiasikan dirinya dengan Soekarno yang memang sangat dihormati oleh bangsa Indonesia dengan tujuan agar dipilih.
4. Testimonial
Tujuan testimonial adalah untuk menguatkan pengalaman, otoritas dan rasa hormat seseorang dan menggunakannya untuk mempromosikan sebuah produk atau hal. Testimonial memiliki daya tarik yang jauh lebih kuat terhadap emosi daripada terhadap logika, karena testimonial sejatinya memberikan pembenaran yang lemah atas suatu produk atau tindakan.
Contoh:
Pada kampanye pemilu presiden 2009 lalu, sebuah iklan kampanye Jusuf Kalla menampilkan seorang budayawan, Sujiwo Tejo. Pada testimonial tersebut, Sujiwo Tejo mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti pemilu sebelumnya, namun kini ia memilih Jusuf Kalla. Sebuah iklan yang cukup tajam. Begitu juga kampanye politik ketika pemilihan ketua umum Golkar di Pekanbaru, terjadi saling adu propaganda antara Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Terutama Surya Paloh yang mengumpulkan berbagai testimonial dari pejabat publik mengenai dirinya sendiri.

5. Plain Folks
Teknik di mana pelaku propaganda menempatkan dirinya sebagai orang biasa seperti halnya target audience, untuk menunjukkan kemampuannya ber-empati dan memahami kepedulian/perasaaan massa. Pelaku menunjukkan perilaku atau menggunakan bahasa dan sikap yang menyatu dengan sudut pandang audien.
Contoh:
Pada perang Malvinas atau Falkland, pangeran Andrew menjadi pilot helikopter dan berfoto disebuah heli Westland WS-61 Sea King diatas khalayak dengan menempatkan dirinya ditengah-tengah khalayak dan berbaur dengan mereka, menggunakan apa yang khalayak pakai, dan berlaku seperti apa yang khalayak lakukan.
6. Card Stacking
Sebuah cara yang memanipulasi persepsi audien dengan menekankan satu sisi argumen yang memperkuat posisi anda, sambil di sisi lain menekan/meminimalisir opini yang bertentangan. Contohnya memperbandingkan best possible scenarios dengan worse examples.
Contoh:
Sebelum invasi Amerika ke Irak pada bulan Maret 2003, pemerintah Amerika menyatakan bahwa Saddam Hussein terkait dengan Al-Qaeda dan memiliki senjata pemusnah massal. Tariq Aziz, Mentri Luar Negeri Irak era Saddam ketika diinterogasi oleh FBI pada Juni 2004, mengatakan bahwa "Saddam did not trust Islamist", namun Saddam melihat organisasi seperti Al-Qaeda ini sebagai organisasi yang efektif untuk melawan Amerika. Fakta ini tidak diungkapkan, karena ditakutkan akan mengacaukan tuduhan Amerika terhadap Saddam mengenai keterkaitannya dengan AL-Qaeda. Belakangan tuduhan ini tak terbukti.

7. Bandwagon
Dalil dasar teknik bandwagon adalah ’since everyone is doing it, you should too’. Tujuannya mem-persuasi orang lain untuk mengikuti trend umum dengan cara memperkuat keinginan manusia untuk berada pada sisi yang menang. Pelaku ‘mengompori’ audien bahwa mereka akan kehilangan atau ketinggalan sesuatu bila tidak ikut bergerak dengan massa lainnya. Memanipulasi rasa takut dan rasa tidak aman.
Contoh:
Pidato Bush pada tanggal 20 September 2001 mengenai tanggapannya atas serangan atas WTC dan Pentagon serta deklarasi perang terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan. Pada kesempatan itu Bush menyatakan "Either you're with us, or you are with the terrorist." (MUSYAFA'11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar