1. Name-calling
Teknik ini
menggunakan kata-kata yang menghubungkan seseorang atau ide dengan konsep yang
negatif. Tujuannya untuk membuat orang menolak sesuatu karena asosiasi negatif
yang melekat pada orang atau ide tersebut tanpa melihat kenyataannya.
Contoh:
pada pemilu
presiden tahun 2009, pasangan SBY-Boediono mendapat label
"neo-liberalisme" dari lawan-lawan politiknya dan pada waktu itu
istilah ini sering disebut-sebut di media dan menjadi perbincangan hangat bagi
publik. Begitu juga propaganda pada masa Orde Baru dimana pengikut Komunis
diberi label "atheis" dan pada akhirnya menimbulkan sikap anti-pati
terhadap mereka, karena mayoritas orang Indonesia adalah orang-orang yang
beragama.
2. Glittering Generalities
Kebalikan dari
name-calling, taktik ini menggunakan highly
valued concepts dan beliefs yang
membuat audien merasa positif dan mengundang tepuk tangan meriah bila
di-orasikan di depan massa. Kata-kata yang digunakan biasanya bermakna rancu,
namun atraktif seperti ; ‘Freedom’, ‘Honor’, ‘Love’. Arti kata tersebut bisa
berbeda untuk tiap pendengar, namun teknik ini dapat berfungsi karena secara
umum mempunyai konotasi positif.
Contoh:
Presiden George W Bush pernah mendeklarasikan
istilah "New World Order". Ini merupakan teknik Glittering
Generality, karena Bush sendiri tidak menjelaskan secara lebih terperinci apa
itu new world order. AKhirnya menimbulkan spekulasi bahwa itu tak lebih sebuah
propaganda dan nama lain dari superioritas politik untuk mendominasi dunia.
Istilah lain yang pernah digunakan adalah freedom dan democracy.
3. Transfer
Ini adalah teknik
yang digunakan oleh pelaku propaganda untuk “memindahkan” otoritas dan
penerimaan atas sesuatu yang anda hormati atau puja menjadi sesuatu yang ingin
anda miliki. Cara yang digunakan yaitu dengan memproyeksikan sifat-sifat
entitas, orang, atau simbol ke dalam wujud lainnya melalui
asosiasi/penghubungan visual atau mental. Hal ini menstimulasi penerima
pesan/resipien untuk mengidentifikasikan dirinya dengan otoritas tersebut.
Contoh:
Di Indonesia kita bisa melihat bagaimana
Megawati menggunakan gambar ayahnya, Soekarno, dalam beberapa poster, spanduk,
dan baliho miliknya. Disini dia mencoba mengasosiasikan dirinya dengan Soekarno
yang memang sangat dihormati oleh bangsa Indonesia dengan tujuan agar dipilih.
4. Testimonial
Tujuan testimonial
adalah untuk menguatkan pengalaman, otoritas dan rasa hormat seseorang dan
menggunakannya untuk mempromosikan sebuah produk atau hal. Testimonial memiliki
daya tarik yang jauh lebih kuat terhadap emosi daripada terhadap logika, karena
testimonial sejatinya memberikan pembenaran yang lemah atas suatu produk atau
tindakan.
Contoh:
Pada kampanye pemilu presiden 2009 lalu, sebuah
iklan kampanye Jusuf Kalla menampilkan seorang budayawan, Sujiwo Tejo. Pada
testimonial tersebut, Sujiwo Tejo mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti
pemilu sebelumnya, namun kini ia memilih Jusuf Kalla. Sebuah iklan yang cukup
tajam. Begitu juga kampanye politik ketika pemilihan ketua umum Golkar di
Pekanbaru, terjadi saling adu propaganda antara Aburizal Bakrie dan Surya
Paloh. Terutama Surya Paloh yang mengumpulkan berbagai testimonial dari pejabat
publik mengenai dirinya sendiri.
5. Plain Folks
Teknik di mana
pelaku propaganda menempatkan dirinya sebagai orang biasa seperti halnya target audience, untuk menunjukkan
kemampuannya ber-empati dan memahami kepedulian/perasaaan massa. Pelaku
menunjukkan perilaku atau menggunakan bahasa dan sikap yang menyatu dengan
sudut pandang audien.
Contoh:
Pada perang Malvinas atau Falkland, pangeran
Andrew menjadi pilot helikopter dan berfoto disebuah heli Westland WS-61 Sea
King diatas khalayak dengan menempatkan dirinya ditengah-tengah khalayak dan
berbaur dengan mereka, menggunakan apa yang khalayak pakai, dan berlaku seperti
apa yang khalayak lakukan.
6. Card Stacking
Sebuah cara yang
memanipulasi persepsi audien dengan menekankan satu sisi argumen yang
memperkuat posisi anda, sambil di sisi lain menekan/meminimalisir opini yang
bertentangan. Contohnya memperbandingkan best
possible scenarios dengan worse
examples.
Contoh:
Sebelum invasi Amerika ke Irak pada bulan Maret 2003, pemerintah
Amerika menyatakan bahwa Saddam Hussein terkait dengan Al-Qaeda dan memiliki
senjata pemusnah massal. Tariq Aziz, Mentri Luar Negeri Irak era Saddam ketika
diinterogasi oleh FBI pada Juni 2004, mengatakan bahwa "Saddam did not
trust Islamist", namun Saddam melihat organisasi seperti Al-Qaeda ini
sebagai organisasi yang efektif untuk melawan Amerika. Fakta ini tidak diungkapkan,
karena ditakutkan akan mengacaukan tuduhan Amerika terhadap Saddam mengenai
keterkaitannya dengan AL-Qaeda. Belakangan tuduhan ini tak terbukti.
7. Bandwagon
Dalil dasar teknik
bandwagon adalah ’since everyone is doing it, you should too’.
Tujuannya mem-persuasi orang lain untuk mengikuti trend umum dengan cara
memperkuat keinginan manusia untuk berada pada sisi yang menang. Pelaku
‘mengompori’ audien bahwa mereka akan kehilangan atau ketinggalan sesuatu bila
tidak ikut bergerak dengan massa lainnya. Memanipulasi rasa takut dan rasa
tidak aman.
Contoh:
Pidato Bush pada tanggal 20 September 2001
mengenai tanggapannya atas serangan atas WTC dan Pentagon serta deklarasi
perang terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan. Pada kesempatan itu Bush
menyatakan "Either you're with us, or you are with the terrorist." (MUSYAFA'11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar