1.
Teknik kampanye Glittering Generality,
menghubungkan sesuatu dengan ‘kata yang baik’ dipakai untuk membuat sasaran
menerima dan menyetujui sesuatu tanpa memeriksa bukti-bukti,
Contoh : kampanye
yang ditujukan kepada petani dengan menyebutkan, “gagal panen disebabkan karena
penggunaan bibit yang tidak unggul", , atau “jika Anda tidak memeriksakan
kesehatan maka bahaya penyakit akan mengancam!”. Kedua pesan tersebut
mengandung ancaman bagi komunikan yang dituju kedua pesan tadi, misalnya bagi
kehidupan seorang petani.
2.
Teknik kampanye Transfer, diperlukan
dukungan dari tokoh berpengaruh, public figure, lembaga yang memiliki otoritas
seperti lembaga pendidikan, militer atau lembaga lain yang memiliki prestise.
Contoh: Di Indonesia kita bisa melihat bagaimana Megawati menggunakan gambar
ayahnya, Soekarno, dalam beberapa poster, spanduk, dan baliho miliknya. Disini
dia mencoba mengasosiasikan dirinya dengan Soekarno yang memang sangat
dihormati oleh bangsa Indonesia dengan tujuan agar dipilih.
3.
Teknik kampanye Testimoni
(kesaksian), memerlukan proses komunikasi bertahap. Pesan diterima
berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Jadi komunikatornya memberikan
informasi berdasarkan pengalamannya terhadap sebuah informasi.
Contoh : Pada kampanye pemilu
presiden 2009 lalu, sebuah iklan kampanye Jusuf Kalla menampilkan seorang
budayawan, Sujiwo Tejo. Pada testimonial tersebut, Sujiwo Tejo mengatakan bahwa
ia tidak pernah mengikuti pemilu sebelumnya, namun kini ia memilih Jusuf Kalla.
Sebuah iklan yang cukup tajam. Begitu juga kampanye politik ketika pemilihan
ketua umum Golkar di Pekanbaru, terjadi saling adu propaganda antara Aburizal
Bakrie dan Surya Paloh. Terutama Surya Paloh yang mengumpulkan berbagai
testimonial dari pejabat publik mengenai dirinya sendiri.
4.
Teknik kampanye Plain Folks, Propagandis
sadar bahwa masalah mereka terhambat jika mereka tampak di mata audiensnya
sebagai “orang asing”. Oleh sebab itu mereka berusaha mengidentifikasikan
sedekat mungkin dengan nilai dan gaya hidup sasaran propaganda dengan
menggunakan slang, aksen dan idiom lokal.
Contoh : ketika Obama berkunjung ke
Indonesia, Obama menggunakan teknik ini, yaitu dengan mengucapkan,
assalamu’alaikum,,, selamat pagii…
5.
Teknik kampanye Card Staking, Teknik ini sebagai propaganda dengan
menonjolkan hal-hal baik dari sesuatu. Card stacking meliputi seleksi dan
kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau
tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik
untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik propaganda ini hanya
menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu
sisi saja.
Contoh:
Iklan penggunaan
kondom, dalam berbagai iklan kondom tersebut, seringkali muncul pernyataan “seks aman dengan kondom”. Di
satu sisi , penggunaankondom mungkin dapat “mengamankan” pelaku seks tersebut
dari penyakitkelamin atau HIV AIDS. Di sisi lain, maraknya iklan penggunaan
kondom tersebut tentu akan mendorong orang untuk melakukan seks bebas atau seks
pranikah. Maraknya seks bebas atau seks pranikah tersebut akan menyebabkan
masalah lain.
6.
Teknik bandwagon, Teknik
ini memainkan perasaan audiens untuk sesuai dengan massa. Teknik ini mirip
testimonial namun massalah yang jadi cara untuk menarik perhatian. Misalnya
propagandis komunis sering menggunakan ungkapakn “seluruh dunia tahu bahwa ….”
Atau “semua rakyat yang cinta damai mengakui bahwa ……” Atau “semua masyarakat
progresif menuntut bahwa ……”. Teknik ini menempatkan sasaran sebagai minoritas
sehingga bila mereka menolak harus bergabung dengan mayoritas. Atau jika
sasarannya simpati maka aka menguatkan sikap mereka dengan mendemontrasikan
bahwa mereka sudah ada di pihak yang “benar” beserta orang lainnya.
Contoh : seluruh dunia tahu, penduduk yang
baik selalu membayar pajak tepat pada waktunya.
7.
Name Calling
Strategi untuk
menjatuhkan reputasi seseorang melalui ucapan, pernyataan-pernyataan atau
penggunaan julukan, istilah atau ideologi untuk menjatuhkan seseorang, dengan
memberinya arti negatif. Selain itu, name calling adalah propaganda dengan
memberikan sebuah ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah agar oarng
menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya/memeriksanya terlebih
dahulu.
Contoh :
· Salah satu ciri
yang melekat pada teknik ini adalah propagandis menggunakan sebutan-sebutan yang buruk pada lawan yang dituju.
Ini dimaksudkan untuk menjatuhkan atau menurunkan derajat seseorang atau
sekelompok tertentu.Sebutan, “jahanam”, “biang kerok”, “provokator”.
· Contoh dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan seperti “dasar batu”,
“dasar otak
udang”, atau “anak mami”.
NAMA : PENY
ASTIYAWATI
NIM : 10105540022
FAK /JUR : SOSPOL
/ ILMU KOMUNIKASI
Mohon ijin share yah
BalasHapusmembantu nih, bagus sob...
BalasHapus