Minggu, 13 Mei 2012

Contoh-contoh teknik propaganda



1.        Teknik kampanye Glittering Generality,  menghubungkan sesuatu dengan ‘kata yang baik’ dipakai untuk membuat sasaran menerima dan menyetujui sesuatu tanpa memeriksa bukti-bukti,
Contoh : kampanye yang ditujukan kepada petani dengan menyebutkan, “gagal panen disebabkan karena penggunaan bibit yang tidak unggul", , atau “jika Anda tidak memeriksakan kesehatan maka bahaya penyakit akan mengancam!”. Kedua pesan tersebut mengandung ancaman bagi komunikan yang dituju kedua pesan tadi, misalnya bagi kehidupan seorang petani.

2.        Teknik kampanye Transfer, diperlukan dukungan dari tokoh berpengaruh, public figure, lembaga yang memiliki otoritas seperti lembaga pendidikan, militer atau lembaga lain yang memiliki prestise. Contoh: Di Indonesia kita bisa melihat bagaimana Megawati menggunakan gambar ayahnya, Soekarno, dalam beberapa poster, spanduk, dan baliho miliknya. Disini dia mencoba mengasosiasikan dirinya dengan Soekarno yang memang sangat dihormati oleh bangsa Indonesia dengan tujuan agar dipilih.

3.        Teknik kampanye Testimoni (kesaksian), memerlukan proses komunikasi bertahap. Pesan diterima berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Jadi komunikatornya memberikan informasi berdasarkan pengalamannya terhadap sebuah informasi.
Contoh : Pada kampanye pemilu presiden 2009 lalu, sebuah iklan kampanye Jusuf Kalla menampilkan seorang budayawan, Sujiwo Tejo. Pada testimonial tersebut, Sujiwo Tejo mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti pemilu sebelumnya, namun kini ia memilih Jusuf Kalla. Sebuah iklan yang cukup tajam. Begitu juga kampanye politik ketika pemilihan ketua umum Golkar di Pekanbaru, terjadi saling adu propaganda antara Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Terutama Surya Paloh yang mengumpulkan berbagai testimonial dari pejabat publik mengenai dirinya sendiri.
4.        Teknik kampanye Plain Folks, Propagandis sadar bahwa masalah mereka terhambat jika mereka tampak di mata audiensnya sebagai “orang asing”. Oleh sebab itu mereka berusaha mengidentifikasikan sedekat mungkin dengan nilai dan gaya hidup sasaran propaganda dengan menggunakan slang, aksen dan idiom lokal.
Contoh : ketika Obama berkunjung ke Indonesia, Obama menggunakan teknik ini, yaitu dengan mengucapkan, assalamu’alaikum,,, selamat pagii…

5.        Teknik kampanye Card Staking, Teknik ini sebagai propaganda dengan menonjolkan hal-hal baik dari sesuatu. Card stacking meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan, ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu pernyataan agar memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk suatu gagasan, program, manusia dan barang. Teknik propaganda ini hanya menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu sisi saja.
Contoh:
Iklan penggunaan kondom, dalam berbagai iklan kondom tersebut, seringkali muncul pernyataan “seks aman dengan kondom”. Di satu sisi , penggunaankondom mungkin dapat “mengamankan” pelaku seks tersebut dari penyakitkelamin atau HIV AIDS. Di sisi lain, maraknya iklan penggunaan kondom tersebut tentu akan mendorong orang untuk melakukan seks bebas atau seks pranikah. Maraknya seks bebas atau seks pranikah tersebut akan menyebabkan masalah lain.

6.        Teknik bandwagon, Teknik ini memainkan perasaan audiens untuk sesuai dengan massa. Teknik ini mirip testimonial namun massalah yang jadi cara untuk menarik perhatian. Misalnya propagandis komunis sering menggunakan ungkapakn “seluruh dunia tahu bahwa ….” Atau “semua rakyat yang cinta damai mengakui bahwa ……” Atau “semua masyarakat progresif menuntut bahwa ……”. Teknik ini menempatkan sasaran sebagai minoritas sehingga bila mereka menolak harus bergabung dengan mayoritas. Atau jika sasarannya simpati maka aka menguatkan sikap mereka dengan mendemontrasikan bahwa mereka sudah ada di pihak yang “benar” beserta orang lainnya.
Contoh : seluruh dunia tahu, penduduk yang baik selalu membayar pajak tepat pada waktunya.

7.        Name Calling
Strategi untuk menjatuhkan reputasi seseorang melalui ucapan, pernyataan-pernyataan atau penggunaan julukan, istilah atau ideologi untuk menjatuhkan seseorang, dengan memberinya arti negatif. Selain itu, name calling adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah agar oarng menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa mengoreksinya/memeriksanya terlebih dahulu.
Contoh :
·      Salah satu ciri yang melekat pada teknik ini adalah propagandis menggunakan sebutan-sebutan yang buruk pada lawan yang dituju. Ini dimaksudkan untuk menjatuhkan atau menurunkan derajat seseorang atau sekelompok tertentu.Sebutan, “jahanam”, “biang kerok”, “provokator”.
·      Contoh dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan seperti “dasar batu”, “dasar otak udang”, atau “anak mami”.


NAMA : PENY ASTIYAWATI
NIM : 10105540022
FAK /JUR : SOSPOL / ILMU KOMUNIKASI

2 komentar: